Senin, 06 April 2009

RUMAH KARDUS

Di bukit-bukit sampah basah bau tertimpa hujan

seorang ibu menggendong keranjang mengorek harapan

sesekali tertawa kecil tangan kotornya menemukan sisa

telapak kakinya kokoh tulang-tulang bahu menonjol menantang

matanya hitam legam jeli menilik satu demi satu yang masih berguna

Matahari meninggi cahayanya menembus rumah-rumah kardus

berdiri rapuh di bangun tangan-tangan tua lelaki telanjang dada

atapnya bekas televisi dua puluh inci pintu bertuliskan jelas indomie

di ikat tali rapiah melekat kencang pada tiang –tiang bambu penuh rayap

siang yang letih terlelap bocah beralas koran dan kertas-kertas roti

Sebuah malam muncul ranti mengeja kata berteman nyala setengah lilin

belajar berhitung mengemas masa depan berupaya wujudkan keinginan

sesekali suaranya nyaring membaca huruf-huruf yang baru ia kenal

sesekali mengumpat tak bisa menjumlah angka-angka yang ia susun

” Rantipun tertidur menunnggu pagi segera datang menjemputnya ke sekolah ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar