Antara Jakarta dan
Aku terdiam lesu berdiri di sudut bandara
mengantarmu pergi menempuh jarak beribu mil jauhnya
suaraku parau kerelaan hati enggan menegaskan langkah
kelopak keinginan bersamamu luruh di jegal terjal takdir
mata yang sayu melepas kau meski asa terus bermimpi
Malam yang pekat cahaya berkelebat menggundah rasa
lentera kalbu redup mengais perih air mata merintih
aku tersesat disimpul cahaya meregang tiada kepastian
kau melesat seakan kebersamaan memaksa kita untuk berpisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar