Rabu, 01 April 2009

SEPANJANG AGUSTUS

Terik matahari menguras seluruh peluh
Mencuri habis dari balik pori-poriku
Butirannya jatuh, menyentuh aspal penuh keluh
Aku menunggumu, pada sebuah pagi menepati janji

Melintas Tugu Proklamasi, Pejuang tua berbatik serasi
Berbaris menyusun peristiwa, mengibarkan derita masa lalu
Sejarah bergulir, bambu runcing renta itu terlupakan
Aku menuntutmu, membuka mata saksikan segalanya

Ada yang lucu, ketika mata kita menuju Istana
Orang muda berdasi mengaku pembela bangsa
Membual melebar di ujung corong media massa
Aku memaksamu, memandang wajah para penipu

“ Sepanjang Agustus, di manakah pusaka harus berada ? “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar